Laporan keuangan merupakan bagian penting untuk sebuah perusahaan, sehingga laporan keuangan harus menunjukkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Dalam hal ini laporan keuangan harus memiliki keakuratan, agar informasi dalam laporan keuangan dapat bermanfaat untuk keberlangsungan perusahaan. Karena keakuratan sangat dibutuhkan dalam penyusunan laporan keuangan oleh pengguna akuntansi atau akuntan, maka diperlukan prinsip akuntansi. Prinsip akuntansi yang digunakan diharapkan mampu menciptakan kesesuaian antara pengguna akuntansi yang satu dengan yang lain. Prinsip akuntansi ini dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan akuntansi, mulai dari melakukan pencatatan atau jurnal umum hingga menghasilkan laporan keuangan, sehingga tidak menyebabkan perbedaan pandangan. Dengan adanya prinsip akuntansi ini maka informasi keuangan yang dihasilkan dapat dibandingkan. Prinsip akuntansi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip biaya
Menurut prinsip biaya (cosf principle), biaya perolehan/akuisisi (acquisition cost) atau biaya historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas. Dengan kata lain, suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal akuisisi dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah amortisasi.
Biaya mencerminkan harga pertukaran dari, atau pengorbanan moneter yang diberikan untuk akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan tersebut melibatkan aktiva nonmoneter, maka harga pertukaran adalah ekuivalen kas dari aktiva atau jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat diterapkan terhadap pengukuran transaksi kewajiban dan modal.
2. Prinsip pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh akibat adanya kegiatan menjual barang maupun jasa kepada pelanggan baik secara tunai maupun kredit.
Prinsip pendapatan mencakup hakikat dari komponen pendapatan, pengukuran pendapatan dan penentuan waktu dari pengakuan pendapatan. Pengukuran pendapatan dalam hal nilai dari produk baik barang dan jasa yang dipertukarkan dalam kegiatan transaksi. Dalam hal ini pengukuran pendapatan dalam nilai kas baik yang diterima secara tunai maupun diterima dalam waktu yang ditentukan.
3. Prinsip pengaitan
Prinsip pengaitan (matching principle) menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan pendapatan terkait; yaitu, pendapatan diakui dalam suatu periode tertentu menurut prinsip pendapatan, dan beban terkait kemudian diakui. Hal ini mencerminkan hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. Jika pendapatan belum diakui maka sebaiknya pembebanan biaya juga tidak dapat dilakukan.
4. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas berarti pengukuran yang bersifat tidak memihak, dalam arti bahwa pengukuran tersebut bebas dari bias pribadi si pengukur. Pengukuran objektif juga berarti pengukuran yang variabel, dalam artian bahwa pengukuran tersebut didasarkan pada bukti. Pengukuran objektif adalah hasil dari kesepakatan di antara sekelompok pengamat atau pengukur tertentu. Pandangan ini juga mengimplikasikan bahwa objektivitas akan tergantung pada sekelompok pengukur tertentu. Ukuran dari penyebaran distribusi pengukuran dapat digunakan sebagai indikator dari tingkat objektivitas sistem pengukuran tertentu.
5. Prinsip Konsistensi
Prinsip konsistensi (consistency principle) menganggap bahwa kejadian ekonomi yang serupa sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa prosedur akuntansi yang sama akan diterapkan kepada transaksi yang serupa sepanjang waktu. Penerapan konsep konsistensi membuat laporan keuangan menjadi lebih dapat diperbandingkan dan lebih berguna. Tren dalam data akuntansi dan hubungan dengan faktor-faktor eksternal akan terungkap dengan Iebih akurat ketika digunakan prosedur pengukuran yang dapat diperbandingkan.
6. Prinsip Pengungkapan Penuh
Terdapat kesepakatan umum dalam akuntansi bahwa sebaiknya terdapat pengungkapan yang penuh, adil dan memadai atas data akuntansi. Pengungkapan penuh mengharuskan laporan keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat keiadian-kejadian ekonomi yang telah memengaruhi perusahaan selama periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna dan tidak menyesatkan bagi investor kebanyakan. Lebih eksplisit lagi, prinsip pengungkapan penuh mengimplikasikan bahwa tidak ada informasi atas substansi atau kepentingan bagi kebanyakan investor yang akan dihilangkan atau disembunyikan.
7. Prinsip Konservatisme
Prinsip konservatisme (conservatism principle) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas Pemegang saham Secara lebih spesifik prinsip tersebut mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan. oleh karena itu, prinsip konservatisme mengharuskan bahwa akuntan menampilkan sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan.
8. Prinsip Materialitas
Seperti halnya konservatisme, prinsip materialitas (materiality principle) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi, Prinsip tersebut menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara sangat cepat, tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Materialitas berfungsi sebagai pedoman implisit bagi akuntan dalam hal apa yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga memungkinkan akuntan tersebut untuk memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak menjadi masalah berdasarkan biaya pencatatan, akurasi laporan keuangan, dan relevansi bagi pengguna.
9. Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas
Prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk transaksi-transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama waktu tertentu; prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahain-perusahaan yang berbeda.
Setiap negara memiliki prinsip yang berbeda dalam melakukan kegiatan akuntansi nya, dikarenakan setiap negara memiliki kebutuhan yang berbeda dan juga perbedaan tersebut dipengaruhi oleh banyak hal.
Semoga tulisan mengenai prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan ini bermanfaat ya. Terimakasih juga sudah membaca tulisan ini.
Post a Comment