Amortisasi merupakan kondisi yang menunjukkan berkurangnya kapasitas aktiva tersebut dalam memberikan manfaat nya karena berkurangnya umur ekonomis dari aktiva tetap tersebut akibat penggunaan aktiva tetap tidak berwujud tersebut. amortisasi dan penyusutan sebenarnya sama, namun amortisasi digunakan untuk aktiva tidak berwujud sementara penyusutan digunakan untuk menghitung untuk aktiva tetap berwujud.
Aktiva yang termasuk ke dalam aktiva tetap tidak berwujud adalah merek dagang dan goodwill, hak paten, hak cipta dan franchise. Kondisi yang menunjukkan berkurangnya kapasitas aktiva tersebut dalam memberikan manfaat di hitung menggunakan metode perhitungan amortisasi yaitu metode garis lurus, metode saldo menurun, metode angka tahun dan metode jam produksi.
Metode yang digunakan dalam perhitungan amortisasi aktiva tetap tidak berwujud sama halnyya dengan metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan. Jumlah nominal amortisasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan metode kemudian dicatat dalam jurnal. Dalam mencatat jurnal amortisasi Beban Amortisasi dicatat dibagian debet dan akun Aktiva Tidak Berwujud dicatat dibagian kredit sejumlah nilai amortisasinya.
Dalam pelaporan pajak, setiap wajib pajak melaporkan amortisasi aktiva tetap tidak berwujudnya dengan menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun sebagaimana diatur dalam peraturan pajak dan telah aktiva tersebut.
Untuk memahami pencatatan jurnal amortisasi aktiva tetap tidak berwujud, maka terlebih dahulu anda harus memahami tentang perhitungan amortisasi menggunakan metode amortisasi. Setelah di peroleh nilai amortisasi aktiva kemudian di catat dalam ke dalam jurnal.
Berikut contoh perhitungan dari tulisan sebelumnya mengenai contoh soal metode amortisasi aktiva tetap tidak berwujud berdasarkan tarif yang telah ditentukan.
Contoh soal:
Pada tanggal 04 April 2010 PT Sun Profit membeli francise sebuah perusahaan dagang PT Indoapril seharga Rp 150.000.000 selama 5 tahun untuk menggunakan merk dagang.
Diminta: Buatlah perhitungan amortisasi dan jurnal amortisasi francise tersebut.
Penyelesaiannya:
Menggunakan metode garis lurus
Amortisasi tahun 2010
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Amortisasi tahun 2011
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Amortisasi tahun 2012
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Amortisasi tahun 2013
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Amortisasi tahun 2014
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Sebagai contoh untuk mencatat jurnal amortisasi untuk tahun 2010 yaitu:
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Maka jumlah penyusutannya untuk setahun pada tahun 2010 yaitu Rp 37.500.000
Maka jurnal amortisasinya adalah sebagai berikut:
Beban amortisasi Rp 37.500.000
Aktiva tidak berwujud (francise) Rp 37.500.000
Menggunakan metode saldo menurun
Amortisasi tahun 2010
50 % x Rp 150.000.000 = Rp 75.000.000
Amortisasi tahun 2011
50 % x (Rp 150.000.000 - Rp 75.000.000)
50 % x Rp 75.000.000 = Rp 37.500.000
Amortisasi tahun 2012
50 % x (Rp 75.000.000 - Rp 37.500.000)
50 % x Rp 37.500.000 = Rp 18.750.000
Amortisasi tahun 2013
50 % x (Rp 37.500.000 - Rp 18.750.000)
50 % x Rp 18.750.000 = Rp 9.375.000
Amortisasi tahun 2014
50 % x (Rp 18.750.000 - Rp 9.375.000)
50 % x Rp 9.375.000 = Rp 4.687.500
Sebagai contoh untuk mencatat jurnal amortisasi untuk tahun 2010 yaitu:
50 % x Rp 150.000.000 = Rp 75.000.000
Maka jumlah penyusutannya untuk setahun pada tahun 2010 yaitu Rp 75.000.000
Maka jurnal amortisasinya adalah sebagai berikut:
Beban amortisasi Rp 75.000.000
Aktiva tidak berwujud (francise) Rp 75.000.000
Demikianlah uraian mengenai pencatatan jurnal amortisasi aktiva tidak berwujud. Semoga tulisan ini bermanfaat dan terimakasih sudah membaca tulisan ini ya.
Aktiva yang termasuk ke dalam aktiva tetap tidak berwujud adalah merek dagang dan goodwill, hak paten, hak cipta dan franchise. Kondisi yang menunjukkan berkurangnya kapasitas aktiva tersebut dalam memberikan manfaat di hitung menggunakan metode perhitungan amortisasi yaitu metode garis lurus, metode saldo menurun, metode angka tahun dan metode jam produksi.
Metode yang digunakan dalam perhitungan amortisasi aktiva tetap tidak berwujud sama halnyya dengan metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan. Jumlah nominal amortisasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan metode kemudian dicatat dalam jurnal. Dalam mencatat jurnal amortisasi Beban Amortisasi dicatat dibagian debet dan akun Aktiva Tidak Berwujud dicatat dibagian kredit sejumlah nilai amortisasinya.
Dalam pelaporan pajak, setiap wajib pajak melaporkan amortisasi aktiva tetap tidak berwujudnya dengan menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun sebagaimana diatur dalam peraturan pajak dan telah aktiva tersebut.
Untuk memahami pencatatan jurnal amortisasi aktiva tetap tidak berwujud, maka terlebih dahulu anda harus memahami tentang perhitungan amortisasi menggunakan metode amortisasi. Setelah di peroleh nilai amortisasi aktiva kemudian di catat dalam ke dalam jurnal.
Berikut contoh perhitungan dari tulisan sebelumnya mengenai contoh soal metode amortisasi aktiva tetap tidak berwujud berdasarkan tarif yang telah ditentukan.
Contoh soal:
Pada tanggal 04 April 2010 PT Sun Profit membeli francise sebuah perusahaan dagang PT Indoapril seharga Rp 150.000.000 selama 5 tahun untuk menggunakan merk dagang.
Diminta: Buatlah perhitungan amortisasi dan jurnal amortisasi francise tersebut.
Penyelesaiannya:
Menggunakan metode garis lurus
Amortisasi tahun 2010
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Amortisasi tahun 2011
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Amortisasi tahun 2012
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Amortisasi tahun 2013
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Amortisasi tahun 2014
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Sebagai contoh untuk mencatat jurnal amortisasi untuk tahun 2010 yaitu:
25 % x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Maka jumlah penyusutannya untuk setahun pada tahun 2010 yaitu Rp 37.500.000
Maka jurnal amortisasinya adalah sebagai berikut:
Beban amortisasi Rp 37.500.000
Aktiva tidak berwujud (francise) Rp 37.500.000
Menggunakan metode saldo menurun
Amortisasi tahun 2010
50 % x Rp 150.000.000 = Rp 75.000.000
Amortisasi tahun 2011
50 % x (Rp 150.000.000 - Rp 75.000.000)
50 % x Rp 75.000.000 = Rp 37.500.000
Amortisasi tahun 2012
50 % x (Rp 75.000.000 - Rp 37.500.000)
50 % x Rp 37.500.000 = Rp 18.750.000
Amortisasi tahun 2013
50 % x (Rp 37.500.000 - Rp 18.750.000)
50 % x Rp 18.750.000 = Rp 9.375.000
Amortisasi tahun 2014
50 % x (Rp 18.750.000 - Rp 9.375.000)
50 % x Rp 9.375.000 = Rp 4.687.500
Sebagai contoh untuk mencatat jurnal amortisasi untuk tahun 2010 yaitu:
50 % x Rp 150.000.000 = Rp 75.000.000
Maka jumlah penyusutannya untuk setahun pada tahun 2010 yaitu Rp 75.000.000
Maka jurnal amortisasinya adalah sebagai berikut:
Beban amortisasi Rp 75.000.000
Aktiva tidak berwujud (francise) Rp 75.000.000
Demikianlah uraian mengenai pencatatan jurnal amortisasi aktiva tidak berwujud. Semoga tulisan ini bermanfaat dan terimakasih sudah membaca tulisan ini ya.
4 comments
kak mau nanya datang dari 25% itu dari mana y
Reply4 tahun seperti penyusutan
ReplyMenurut sepengetahuan saya, seharusnya tingkat depresiasi SL adalah 20% yaitu 100% : 5 tahun. Jika Double Declining,jadi ratenya 40%.
Reply25 % dari pembagian 100% dibagi 4 tahun. jadi nya 25%
ReplyPost a Comment