Empat Kharakteristik Perusahaan Dagang

Empat Kharakteristik Perusahaan Dagang

Perusahaan dagang merupakan salah satu bentuk perusahaan selain perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur. Perusahaan dagang tentunya berbeda dengan perusahaan jasa dan manufaktur yang disebabkan oleh kegiatan utamanya. Dalam perusahaan jasa memberikan pelayanan atau jasa kepada masyarakat dan perusahaan manufaktur menjual barang dagang sama halnya dengan perusahaan dagang, namun dalam perusahaan dagang, barang dagang yang dijual tidak diberikan penambahan nilai. Dalam hal ini, perusahaan dagang dianggap sebagai fasilitator kepada konsumen. Dalam tulisan ini kita akan membahas kharakteristik perusahaan dagang yang membedakannya dengan perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur.

1. Penghasilan diperoleh dari penyerahan atau penjualan barang dagang
Berbeda dengan perusahaan yang lainnya, perusahaan dagang memperoleh penghasilan dari hasil penjualan barang dagang. Barang dagang yang dibeli dari supplier dijual kembali kepada konsumen tanpa menambah nilai dari barang dagan tersebut. perusahaan dalam hal ini menambah harga jual barang dagang dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba.

2. Bentuk dan fungsi barang dagang tidak mengalami perubahan
Perusahaan dagang berbeda dengan perusahaan manufaktur dalam penanganan barang dagang, dalam perusahaan dagang barang dagang tidak mengalami perubahan bentuk maupun fungsi sedangkan dalam perusahaan manufaktur, barang dagang diolah kembali untuk menambah nilai dari barang dagang tersebut.

3. Akun perkiraan
Akun perkiraan pada perusahaan memiliki berbeda dengan perusahaan jasa dan manufaktur dalam beberapa akun perkiraan, karena kegiatan utama dalam perusahaan dagang  menghasilkan akun perkiraan seperti pembelian, persediaan barang dagang, retur pembelian, potongan harga pembelian, penjualan, retur penjualan, potongan harga penjualan, harga pokok penjualan (HPP), beban angkut penjualan.

4. Beban operasional
Sebagaimana kegiatan utama perusahaan dagang adalah menjual barang dagangan, maka beban operasional dalam perusahaan dagang terdiri atas beban penjualan dan beban administrasi.

Perbedaan perusahaan dagang dengan perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur disebabkan oleh kegiatan utama perusahaan sehingga menghasilkan perkiraan dan beban yang berbeda dengan perusahaan lainnya yang menjadikan kharakteristik perusahaan dagang.

Semoga tulisan tentang empat kharakteristik perusahaan dagang ini bermanfaat dan terimakasih sudah membaca tulisan ini ya.

Pendapatan Operasional dan Pendapatan Non Operasional Perusahaan Dagang

Pendapatan Operasional dan Pendapatan Non Operasional Perusahaan Dagang
Pendapatan dalam akuntansi merupakan sumber penghasilan suatu perusahaan yang menghasilkan laba setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. 
Pendapatan dalam perusahaan dagang tentunya memiliki perbedaan dengan pendapatan dalam perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur karena kegiatan dalam perusahaan dagang, perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur berbeda satu dengan yang lain.
Dalam perusahaan dagang, pendapatan perusahaan diperoleh dari hasil penjualan yang dilakukan, dimana barang dagang yang dibeli dijual diatas harga beli barang dagang. Perusahaan biasanya akan memperkecil pengeluaran biaya untuk memperkecil pengurang pendapatan dalam menghasilkan laba perusahaan.
Pendapatan perusahaan dagang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Berikut ini contoh pendapatan operasional dan non operasional perusahaan dagang.

1. Penjualan 
Sebagaimana kegiatan utama perusahaan dagang adalah penjualan, maka pendapatan perusahaan dagang akan diperoleh dari hasil penjualan yang dilakukan perusahaan.

2. Bunga 
Pendapatan perusahaan dagang yang berasal dari bunga, ketika perusahaan memiliki simpanan di bank.

3. Penjualan aktiva
Pendapatan perusahaan juga dapat diperoleh dari penjualan aktiva. Penjualan aktiva biasanya dilakukan karena aktiva tersebut sudah kurang menduukung untuk kegiaatan perusahaan. Sebagai contoh, mesin yang penggunaannya sudah kurang efektif, sehingga harus dijual dan diganti dengan mesin yang baru.

4. Sewa
Adakalanya perusahaan melakukan penyewaan terhadap barang atau aktiva perusahaan karena perusahaan memiliki aktiva yang berlebih. Misalnya perusahaan memiliki dua gedung yang mana gedung yang satu tidak digunakan, sehingga disewakan ke pihak lain.

5. Deviden
Perusahaan akan menambah pendapatannya ketika perusahaan memiliki laba dan deviden yang besar pula. Perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan guna menambah pendapatan perusahaan dan meningkatkan laba dan deviden.

Semoga tulisan tentang  pendapatan operasional dan pendapatan non operasional perusahaan dagang ini bermanfaat ya dan terimakasih sudah membaca tulisan ini.

Pengertian Tujuan dan Manfaat Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya merupakan penentuan harga pokok produksi suatu barang mulai dari awal hingga akhir proses produksi dengan melakukan pencatatan, penggolongan, analisa dan penyajianinformasi biaya ke dalam suatu laporan biaya. berdasarkan pengertian akuntansi biaya tersebut, akuntansi biaya dapat dikatakan juga sebagai alat yang digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam melakukan pertimbangan, perencanaan, pengawasan serta penilaian terhadap kegiatan pembiayaan perusahaan. 

Tujuan Akuntansi biaya 
Akuntansi biaya bertujuan untuk sebagai berikut:
1. Perencanaan dan pengendalian biaya
Akuntansi dalam tujuannya sebagai alat untuk perencanaan dan ppengendalian biaya yaitu, dengan adanya akuntansi biaya yang menyediakan informasi biaya yang mana diperlukan dalam proses penyusunan perencanaan biaya dan dengan perencanaan yang baik berdasarkan informasi yang baik pula maka akan dapat dilakukan pengendalian biaya yang baik pula. 

2. Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan tepat dan teliti
Tujuan akuntansi biaya dalam penentuan harga pokok, karena dalam akuntansi biaya menyediakan informasi-informasi biaya yang dibutuhkan dalam penentuan harga pokok produk atau jasa.

3. Pengambilan keputusan oleh manajemen.
Tujuan akuntansi biaya dalma pengambilan keputusan oleh manajemen tentunya karena infomasi biaya yang disajikan oleh akuntansi biaya boleh menjadi bahan referensi pihak manajemen peusahaan dalam mengambil keputusan, misalnya dalam mengambil keputusan dalam penentuan harga jual produk ataupun jasa.


Manfaat Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Menyusun dan melaksanakan rencana dan anggaran operasi perusahaan dalam kondisi yang ekonomis dan bersaing.
2. Menetapkan metode kalkulasi biaya dan prosedur yang menjamin adanya pengendalian biaya dan jika memungkinkan, pengurangan atau pembebanan biaya.
3. Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan penetapan harga, dan sewaktu-waktu memeriksa jumlah persediaan dalam bentuk fisis.
4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi tahunan atau periode yang lebih singkat.
5. Memilih alternatif terbaik yang bisa menaikkan pendapatan atau menurunkan biaya.

Berdasarkan uraian diatas, akuntansi biaya tentunya memberikan manfaat dan perannya yang sangat penting dalam perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur. Karena dengan adanya akuntansi biaya, maka pihak manjemen perusahaan dapat memperoleh infomasi biaya yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas nya sebagai pihak manajemen perusahaan. 
Terimakasih sudah membaca tulisan mengenai pengertian tujuan dan manfaat akuntansi biaya ini ya dan semoga menambah pemahaman anda tentang materi pengantar akuntansi biaya.

Pengertian Akuntansi dan Jenisnya

Pengertian Akuntansi dan Jenisnya

Akuntansi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang pencatatan, analisa data-data transaksi yang kemudian diubah menjadi informasi keuangan yang dirangkum dalam laporan keuangan. Dari pengertian tersebut bahwa peran akuntansi sangat penting dalam mengelola data-data keuangan.
Peranan akuntansi yang sangat penting tersebut membuuat setiap perusahaan membutuhk,an akuntansi untuk mengolah data-data keuangannya menjadi laporaan keuangan. Setiap perusahaan tentunya membutuhkan laporan keuangan yang bertujuan untuk melihat kineja perusahaan tersebut dalam periode tertentu, laporan keuangan juga berguna sebagai bahan evaluasi untuk perencanaan-perencanaan periode selanjutnya. Laporan keuangan yang dihasilkan aktivitas dalam akuntansi tersebut juga sebagai laporan pertanggungjawaban perusahaan untuk pihak-pihak yang berkepentingan bagi perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan sangat erat kaitannya dengan akuntansi, guna mendukung kegiatan perusahaan dalam mencatat kegiatan perusahaan dalam kegiatan keuangan.


Jenis-jenis akuntansi dan pengertiannya
Akuntansi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
a. Akuntansi keuangan yaitu bidang akuntansi yang tujuan utamanya mengolah data transaksi keuangan menjadi laporan keuangan untuk diinformasikan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

b. Akuntansi biaya yaitu bidang akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan data yang diperlukan untuk penetapan dan pengendalian biaya.

c. Akuntansi pemeriksaan yaitu bidang akuntansi yang berhubungan dengan pemeriksaan independen terhadap catatan akuntansi pendukung laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat mengenai keandalan dan kelayakan laporan keuangan. Akuntansi pemeriksaan ini biasanya dibutuhkan untuk meyakinkan pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan tersebut menyediakan informasi keuangan yang akurat.

d. Akuntansi manajemen yaitu bidang akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi untuk pihak manajemen perusahaan sebagai dasar menjalankan tugas perencanaan, pengawasan dan kebijakan yang harus diambil. 

e. Akuntansi perpajakan yaitu bidang akuntansi yang bertujuan untuk menyusun laporan keuangan yang diperlukan untuk penetapan pajak yang dibebankan oleh perusahaan.

f. Akuntansi anggaran yaitu bidang akuntansi yang bertujuan untuk menyusun rencana keuangan dalam suatu perusahaan untuk periode tertentu, pada saat yang akan datang dan membandingkan hasil operasi kegiatan dengan rencana yang telah ditentukan.

g. Akuntansi pemerintahan yaitu bidang akuntansi yang bertujuan untuk pencatatan dan pelaporan data keuangan yang terjadi pada badan-badan pemerintahan.

h. Akuntansi internasional yaitu bidang akuntansi yang membahas tentang masalah-masalah keuangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor yang terjadi dalam suatu perusahaan.

i. Akuntansi pendidikan yaitu bidang akuntansi yang dikhususkan untu dunia pendidikan, misalnya sebagai tenaga pendidik, peneliti dan profesi akuntan lainnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan.


Semoga tulisan mengenai pengertian akuntansi dan jenisnya ini bermanfaat, terimakasih sudah membaca tulisan ini ya.

Metode Perhitungan dan Penentuan Harga Pokok Produksi

Metode Perhitungan dan Penentuan Harga Pokok Produksi
Dalam perusahaan manufaktur, dikenal adanya harga pokok produksi karena pada dasarnya kegiatan utama perusahaan manufaktur yaitu mengolah bahan produksi menjadi barang yang memiliki nilai tambah, sehingga dalam mengolah bahan produksi tersebut dibutuhkan biaya produksi. 
Harga pokok produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan selama memproduksi persediaan, biaya-biaya yang digunakan tersebut terdiri atas biaya bahan langsung,biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. 


Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi 
Dalam perhitungan harga pokok produksi terdapat dua metode yaitu: 
1.  Metode harga pokok produk pesanan (job order costing) 
Untuk menghitung harga pokok pesanan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang diproduksi.  

2.   Metode harga pokok proses (process cost method) 
Untuk menghitung harga pokok proses yaitu dihitung berdasarkan total baiaya berdasarkan periode produksi, dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan. 


Metode Penentuan Harga Pokok Produksi 
Dalam menghitung unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu: 
a.  Full Costing 
Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Pendekatan full costing, merupakan pendekatan yang tidak mengklasifikasikan biaya berdasarkan sifatnya, artinya biaya tidak dipisahkan antara biaya variable dan biaya tetap. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum agar informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi tersebut lebih akurat dan terjamin kebenarannya.

b.  Variabel Costing 
Dalam penentuan harga pokok produksi, penggunaan metode variabel costing yaitu metode yang memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel, kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi. Metode ini jelas berbeda dengan metode full costing, dimana pada metode ini mengklasifikasikan biaya berdasarkan sifatnya, sedangkan pada metode full costing, tidak mengklasifikasikan biaya berdasarkan sifatnya.


Penentuan biaya produksi hanya ditemukan pada perusahaan manufaktur, harga pokok produksi ini salah satu unsur yang membedakan antara perusahan jasa dan perusahaan dagang dengan perusahaan manufaktur. Jika dalam perusahaan dagang dikenal hanya harga pokok penjualan, maka dalam perusahaan manufaktur juga dikenal harga pokok produksi. Harga pokok produksi terjadi karena kegiatan utama perusahaan manufaktur yaitu mengolah bahan produksi sehingga memiliki barang tersebut nilai tambah. Dalam proses pengolahan bahan produksi tersebut, dibutuhkan adanya biaya untuk memproses bahan produksi tersebut.

Semoga tulisan mengenai metode perhitungan dan penentuan harga pokok produksi bermanfaat ya dan terimakasih sudah membaca tulisan ini.

Perbedaan Penentuan Harga Pokok Produksi Variable Costing dan Full Costing

Dalam pengunaan metode penentuan harga pokok produksi terdapat dua metode yang digunakan yaitu metode full costing dan variable costing. Metode penentuan harga yaitu cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. 

Menggunakan Metode Full Costing
Perbedaan Penentuan Harga Pokok Produksi Variable Costing Dan Full Costinga. Unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya tetap maupun variabel.

b. Biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.

c. Selisih biaya overhead pabrik (BOP) akan timbul apabila biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan berbeda dengan BOP yang sesungguhnya terjadi.

d. Menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. 

e.    Laporan laba rugi yang dihasilkan banyak digunakan untuk memenuhi pihak ekstern perusahaan dan penyusunan laporan laba rugi tersebut harus berdasarkan standar dan prinsip akuntansi yang berlaku umum agar informasi yang disajikan dapat dijamin kelayakannya. 


Menggunakan Metode Variable Costing
a. Unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (BOP) yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead pabrik (BOP) tetap.

b. Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.

c. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, biaya overhead pabrik (BOP) tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

d. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.

e. Menghasilkan laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. 

f.   Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dimana dalam full costing biaya dimasukkan tidak terbatas oleh sifatnya, sedangkan pada variabel costing, biaya yang dimasukkan yaitu hanya biaya yang bersifat variabel. Dapat disimpulkan bahwa fullcosting tidak mengklasifikasikan biaya berdasarkan sifat sedangkan metode variable costing mengklasifikasikan biaya berdasarkan sifatnya.

Demikianlah uraian tentang perbedaan penentuan harga pokok produksi variable costing dan full costing, semoga tulisan ini bermanfaat dan terimakasih sudah membaca tulisan ini ya.

Pengertian dan Contoh Kas dan Setara Kas

Pengertian dan Contoh Kas dan Setara Kas

Pengertian kas yaitu, kas merupakan harta milik perusahaan yang sifat nya paling likuid atau paling mudah di ubah ke dalam bentuk yang lain sehingga kas disebut sebagai aktiva yang paling lancar atau likuid. Kas terdiri atas uang logam, uang kertas dan dana yang tersedia di bank.
Sedangkan pengertian setara kas adalah investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara kas terdiri dari: cek, giro, deposito dan surat berharga lainnya.
Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus dapat segera diubah menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan atau berarti. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.

Surat-surat berharga yang bisa diakui dengan setara kas harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
1. Setiap saat dapat ditukar dengan kas atau dapat diartikan bersifat likuid
2. Tanggal jatuh temponya sangat singkat yaitu dalam waktu tiga bulan atau kurang.
3. tidak mendaptkan resiko pemotongan nilai, ataupun jika terjadi pemotongan nilai, nilai yang terpotong tersebut kecil atau kurang berarti.

Jadi tidak semua investasi jangka pendek dikelompokkan sebagai setara kas. Hal ini tergantung pada kebijakan keuangan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Suatu perusahaan harus memiliki kebijakan yang jelas dalam menentukan perkiraan-perkiraan apa saja yang termasuk dan tidak termasuk dalam kategori sebagai setara kas dan kebijakan ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan serta harus dijalankan secara konsisten dari waktu ke waktu.
Yang tidak termasuk dalam pengertian kas, baik menurut akuntansi maupun perpajakan yaitu deposito yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan atau rollover, prangko dan materai, kasbon atau uang muka, cek mundur dan cek kosong.

Contoh dari perkiraan-perkiraan  yang biasa digolongkan sebagai kas dari bank adalah:
a. Kas kecil
b. Saldo rekening giro di bank
c. Bon sementara
d. Bon-bon kas kecil yang belum di reimbursed 
e. Check tunai yang akan di depositokan

Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan bank dalam neraca adalah :
a. Deposito berjangka yang jatuh tempo lebih dari tiga bulan 
b. Check kosong dan check mundur 
c. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu
d. Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di luar negeri

Dapat disimpulkan bahwa kas merupakan harta perusahaan yang sifat nya paling likuid dapat berupa uang kertas, uang logam dan dan yang disimpan dalam bank sedangkan setara kas merupakan investasi yang sifatnya likuid atau paling mudah diubah menjadi kas tanpa harus mengubah nilai dari aktiva tersebut.
Semoga tulisan mengenai pengertian dan contoh kas dan setara kas ini bermanfaat dan terimakasih sudah membaca tulisan ini ya. Baca juga tulisan lainnya untuk menambah pemahaman anda tentang materi akuntansi yang lainnya.

Rumus dan Contoh Soal Perhitungan Rasio Keuangan Likuiditas

Rumus dan Contoh Soal Perhitungan Rasio Keuangan Likuiditas
Rasio keuangan likuiditas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo. Dalam hal ini kewajiban perusahaan yang dimaksud adalah kewajiban dalam jangka pendek, untuk kewajiban dalam jangka panjang akan diukur dengan menggunakan rasio keuangan solvabilitas.
Rasio keuangan likuiditas teridiri atas dua bagian yaitu rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio) dan rasio kas (cash ratio).
Berikut ini adalah rumus dan contoh soal perhitungannya:

Contoh soal:
Jika diketahui data berdasarkan data dalam neraca sebagai berikut:
Kas         Rp   50.000.000
Piutang dagang Rp 100.000.000
Piutang lain-lain Rp     2.000.000
Persediaan Rp   75.000.000
Perlengkapan Rp     5.000.000
Hutang dagang Rp   20.000.000
Hutang bank Rp   10.000.000
Hutang lain-lain Rp   15.000.000

Diminta:
Hitunglah rasio keuangan likuiditas perusahaan tersebut menurut rasio lancar, rasio kas, dan rasio cepat.

Penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
Aktiva Lancar = Kas + piutang dagang + piutang lain-lain + persediaan + perlengkapan usaha
                = Rp 50.000.000 + Rp 100.000.000 + Rp 2.000.000 + Rp 75.000.000 + Rp 5.000.000
        = Rp 232. 000.000

Utang Lancar = Rp 20.000.000 + Rp 10.000.000 + Rp 15.000.000
        = Rp 45.000.000


a. Rasio lancar (current ratio)
Rumus untuk menghitung rasio lancar yaitu sebagai berikut:
Current Ratio =   Aktiva Lancar
                           Utang Lancar
Current Ratio = Rp 232. 000.000
                            Rp 45.000.000
                         = 5,15

Artinya adalah, setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 5,15 aktiva lancar


b. Rasio cepat (quick ratio)
Rumus untuk menghitung rasio cepat yaitu sebagai berikut:
Quick ratio = Kas + Efek + Piutang      ,atau
                             Utang Lancar    

Quick ratio = Aktiva Lancar – Persediaan
           Utang Lancar   
           = Rp 232. 000.000 - Rp   75.000.000
                                  Rp 45.000.000
                   = Rp 157.000.000
                        Rp 45.000.000
                   = 3,48

Artinya adalah, kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva adalah setiap Rp 1 hutang lancar dengan Rp 3,48 aktiva lancar yang likuid.

c. Rasio kas (cash ratio)
Rumus untuk menghitung rasio kas yaitu sebagai berikut:
Cash ratio =   Kas atau Setara Kas     , atau
                          Utang Lancar   

Cash ratio =     Kas + Bank        
                       Utang Lancar   

         = Rp   50.000.000
                     Rp 45.000.000
                 = 1,1

Artinya adalah, kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan kas adalah setiap Rp 1 hutang lancar dengan Rp 1,1 kas perusahaan.

Semoga tulisan mengenai jenis dan contoh soal perhitungan rasio keuangan likuiditas ini bermanfaat, terimakasih sudah membaca tulisan ini ya.



Tujuan Jenis dan Rumus Perhitungan Rasio Aktivitas

Tujuan Jenis dan Rumus Perhitungan Rasio Aktivitas

Dalam sebuah perusahaan tentunya membutuhkan analisa terhadap kinerja perusahaan tersebut dalam periode tertentu. Perusahaan biasanya menggunakan salah satunya alat dalam melakukan evaluasi tersebut yaitu rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan perbandingan antara akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan kinerja perusahaan dalam bidang tertentu, tergantung rasio keuangan yang digunakan. Rasio keuangan terdiri atas empat jenis yaitu rasio keuangan likuiditas, rasio keuangan profitabilitas, rasio keuangan solvabilitas dan rasio keuangan aktivitas. Dalam tulisan ini kita akan membahas secara khusus tentang tujuan jenis dan rumus perhitungan rasio aktivitas. 

Rasio aktivitas digunakan oleh perusahaan sebagai alat menganalisa kinerja perusahaan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
b. Untuk menghitung hari rata-rata penagihan hutang dimana hasil perhitungan ini menujukan jumlah hari (beberapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.
c. Untuk menghitungan beberapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.
d. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan.
e. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamakan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
f. Untuk mengukur penggunaan semula aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan.


Jenis-Jenis Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas meupakan rasio yang digunakna oleh perusahaan dalam melakukan analisa kinerja perusahaan dan untuk pengambilan keputusan terkait dengan analisa yang dilakukan. Rasio keuangan aktivitas teridiri atas beberapa jenis. Penggunaan rasio yang diinginkan sangat bergantung dari keinginan manajeman perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktivitas yang akan digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak manajeman perusahaan tersebut. Berikut ini ada beberapa jenis-jenis rasio aktivitas yaitu perputaran piutang ( Receivable turn over ), perputaran sediaan ( Inventory turn over ), perputaran modal kerja ( Working Capital Turn Over), perputaran aktiva tetap ( Fixed asset turn over), perputaran aktiva ( Assets turn over)

a. Perputaran Piutang ( Receivable turn over )
Merupakan jenis rasio keuangan aktivitas yang digunakan utnuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menujukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah ( bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika  rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang. Hal yang jelas adalah rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang  dan kesuksesan penagihan piutang.
Rumus perhitungannya yaitu sebagai berikut:

Turn over = Pejualan kredit
                         Piutang    

b. Perputaran sediaan ( Inventory turn over )
Merupakan jenis rasio keuangan aktivitas yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode . Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran sediaan (inventory turn over.) dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menujukan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula sebaliknya.
Rumus perhitungannya yaitu sebagai berikut:

Inventory turn over =    Penjualan   
                                     Persediaan

c. Perputaran modal kerja ( Working Capital Turn Over)
Merupakan jenis rasio keuangan aktivitas yang digunakan untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja perusahaan berputar  selama suatu periode atau dalam suatu periode . Untuk mengukur  rasio ini kita membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Dari hasil penilaian, apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini  mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu besar. Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal kerja tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau perputaran piutang atau saldo kas yang  terlalu kecil.
Rumus perhitungannya yaitu sebagai berikut:

Perputaran modal kerja =   Penjualan Bersih
                                                 Modal Kerja    

d. Perputaran aktiva tetap ( Fixed asset turn over)
Merupakan jenis rasio keuangan aktivitas yang digunakan untuk mengukur beberapa kali dana yang ditannamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode.
Rumus perhitungannya yaitu sebagai berikut:

Fixed asset turn over =         Penjualan       
                                        Total Aktiva Tetap


e. Perputaran aktiva ( Total Assets turn over)
Merupakan jenis rasio keuangan aktivitas yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjulan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Rumus perhitungannya yaitu sebagai berikut:

Total assets turn over =     Penjualan   
                                          Total aktiva

Rasio keuangan aktivitas ini adalah rasio yang mengukur efektivitas sebuah perusahaan untuk memanfaatkan segala sumber daya yang mereka miliki. Rasio-rasio yang tergolong dalam rasio aktivitas ini akan melibatkan perbandingan antara penjualan maupun investasi dalam berbagai jenis aktiva.

Demikianlah pembahasan mengenai tujuan jenis dan rumus perhitungan rasio aktivitas, semoga tulisan ini bermanfaat dan terimakasih telah membaca tulisan ini ya.

Jenis dan Rumus Perhitungan Rasio Keuangan Profitabilitas

Jenis dan Rumus Perhitungan Rasio Keuangan Profitabilitas

Rasio keuangan merupakan alat yang digunakan oleh manajemen perusahaan dalam menilai kefektifan kinerja perusahaan tersebut, rasio keuangan juga digunakan sebagai alat evaluasi untuk lebih meningktakan lagi kinerja selanjutnya. Rasio keuangan terdiri atas empat bagian yaitu rasio keuangan likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Dalam tulisan ini kita kan membahas secara khusus tentang jenis dan rumus perhitungan rasio keuangan profitabilitas. Rasio profitabilitas yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal dan aktiva perusahaan. 
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasionalnya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan karena laba perusahaan selain merupakan indicator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. 
Efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti tercatat dalam neraca dinilai dengan menghubungkan laba bersih – yang didefinisikan dengan berbagai cara – terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan salah satu analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan waktu dari nilai yang ditetapkan pada neraca cenderung menyimpangkan hasilnya. Bentuk paling mudah dari analisi fundamental adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.
Rasio profitabilitas terbagi atas tujuh jenis yaitu gross profit margin(GPM), profit margin ratio (PMR), net profit margin (NPM), operating ratio (OR), earning power of total invesment (EPTI), return on investment (ROI), rentabilitas modal sendiri (RMS). Berikut ini rumus-rumus perhitungannya.

1. Gross Profit Margin(GPM)

Ratio gross profit margin adalah jenis rasio keuangan profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor  dari setiap penjualan.

Rumus perhitungannya yaitu:
Gross Profit Margin  =   Laba Kotor    x 100%
                                          Penjualan


2.    Profit Margin Ratio (PMR)

Profit margin ratio adalah jenis rasio keuangan profitabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasi (yaitu, laba kotor dikurangi biaya operasi).

Rumus perhitungannya yaitu:
Profit Margin Ratio   =  Laba Operasi    x 100%
                                            Penjualan


3.    Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin adalah jenis rasio keuangan profitabilitas yang merupakan rasio laba setelah pajak pada total penjualan, yakni laba bersih yang diterima perusahaan dari total penjualan.

Rumus perhitungannya yaitu:
 Net Profit Margin  =  Laba Bersih Setelah Pajak    x 100%
                                                   Penjualan


4.    Operating Ratio (OR)
Operating ratio adalah jenis rasio keuangan profitabilitas yang merupakan rasio perbandingan antara harga pokok penjualan ditambah biaya operasi dengan penjualan. Tujuannya untuk melihat besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk penjualan. Jika operating ratio perusahaan semakin besar maka kinerja perusahaan tersebut jelek. Namun sebaliknya, jika operating ratio perusahaan tersebut kecil maka semakin baik.

Rumus perhitungannya yaitu:
 Operating Ratio  =  HPP + Biaya Operasi    x 100%
                                              Penjualan


5.    Earning Power of Total Invesment (EPTI)
Earning power of total invesment adalah jenis rasio keuangan profitabilitas yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum pajak apabila dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki.

Rumus perhitungannya yaitu:
 Earning Power of Total Invesment  =         EBIT            x 100%
                                                                    Total aktiva  


6.    Return On Investment (ROI)
Return on investment adalah jenis rasio keuangan profitabilitas yang merupakan rasio yang mengukur laba dari setiap rupiah penjualan atau keuntungan netto per rupiah total aktiva.

Rumus perhitungannya yaitu:
 Return On Investment =    Laba Bersih setelah Pajak      x 100%
                                                            Total aktiva


7.    Rentabilitas Modal Sendiri (RMS)
Rentabilitas modal sendiri adalah jenis rasio keuangan profitabilitas yang mengukur laba bersih setelah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan dengan modal pemilik yang disetor. Semakin tinggi rentabilitas modal sendiri, maka semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut.

Rumus perhitungannya yaitu:
Rentabilitas Modal Sendiri  =   Laba Bersih setelah Pajak     x 100%
                                                                 Modal Sendiri


Semoga tulisan tentang jenis dan rumus perhitungan rasio keuangan profitabilitas ini bermanfaat ya. Terimakasih sudah membaca tulisan ini dan jangan lupa baca tulisan lainnya untuk menambah pemahaman anda tentang materi akuntansi yang lainnya.